Monday, October 27, 2008

APKINDO News Letter for Indonesia Wood Business.

JAKARTA: Pengurus Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) menyarankan anggotanya agar memprioritaskan ekspor panel kayu ke Jepang dan sejumlah negara di Timur Tengah yang nilai ekspornya per semester 2008 mencapai US$84 juta.

"Jika melihat data ekspor Apkindo dalam semester 2008 ini jelas pasar Jepang dan Timur Tengah jauh lebih menarik ketimbang ekspor panel ke Amerika Serikat (AS)yang hanya mencapai US$27 juta sejak Januari hingga Juni 2008," ujar Ketua Umum Apkindo Abbas Adhar kepada Bisnis, kemarin.

Menurutnya, pasar ekspor panel dan woodworking Indonesia ke Jepang dan Timur Tengah jauh lebih tinggi dibandingkan AS. Volume ekspor panel kayu AS tidak besar, tetapi permintaan kualitas kayu tinggi, sehingga harganya cukup mahal..

Sejak Januari hingga Juni 2008, negara itu mengimpor 48.000 m3 kayu panel Indonesia yang nilainya US$27 juta, sedangkan ekspor kayu panel Indonesia ke Timur Tengah 76.000 m3 dengan nilai US$29,1 juta. "Yang tertinggi ekspor kayu panel Indonesia ke Jepang sebanyak 179.000 m3 dengan nilai US$84 juta."

Negara lain yang masih berpeluang untuk ditingkatkan ekspornya, adalah Taiwan, yang pada Januari hingga Juni 2008 mengimpor 30.000 m3 dengan nilai US$10 juta. "Krisis keuangan di AS, tidak perlu dirisaukan karena kualitas kayu kita sangat tinggi dan diterima di banyak negara."

Menghadapi situasi krisis ekonomi global, katanya, Apkindo menyarankan anggotanya agar mewaspadai transaksi dengan pengusaha perumahan di AS. "Sebagian besar pembayaran yang dilakukan pengusaha AS yang mengimpor kayu kita menggunakan pembayaran melalui fasilitas L/C yang dikeluarkan bank, sementara kondisi keuangan perbankan dalam keadaan sulit."

Solusi Apkindo untuk anggota adalah meningkatan produktivitas industri perkayuan untuk mengisi kebutuhan dalam negeri yang mulai meningkat. Kebutuhan kayu dalam negeri sekarang sudah mencapai 2 juta m3.

"Harga pasar kayu yang sudah diproduksi mencapai US$250 per m3."

Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Produksi Kehutanan (BPK) Departemen Kehutanan, Hadi S. Pasaribu, mengatakan pengaruh krisis keuangan global, terutama di Amerika Serikat kurang berpengaruh terhadap ekspor kayu Indonesia. "Persentasenya hanya 3% dari seluruh produk industri kayu nasional."

Namun jika krisis keuangan berkepanjangan terus hingga beberapa bulan ke depan akan berpengaruh terhadap harga dasar kayu yang berlaku sekarang. "Kalau sekarang harga dasar kayu mencapai Rp300.000 hingga Rp350.000. Kalau krisisnya berkepanjangan, harga dasar bahan baku kayu bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat. Imbas dari krisis itu yang dikhawatirkan terhadap perdagangan kayu nasional."

Dikutip / diedit dari : Koran Bisnis Indonesia. Tgl. 10 October 2008

No comments:

Post a Comment